Pada proses pemasangan maupun pelepasan bearing perlu diperhatikan kondisi porosnya. Pemeriksaan ini dimungkinkan untuk melihat kesejajaran ataupun penyimpangan yang terjadi pada suatu poros baik secara vertical maupun secara horizontal. Pemeriksaan akan dilakukan dengan menggunakan dial indicator sebagai alat untuk mengukur. Dengan hasil pemeriksaan ini, maka proses pemasangan dan pelepasan bearing akan semakin efektif.
Prosedur pemasangan bearing
- Pertama-tama bersihkan setiap tonjolan tajam (burrs), serpihan metal (cutting chips), karat (rust) atau kotoran debu (dirt) dari permukaan tempat dudukan bearing. Pemasangan dapat dilakukan dengan mudah jika permukaan yang sudah bersih tersebut dilapisi dengan sedikit oli.
- Pastikan bahwa semua pressing blocks, driving plates, hammers dan peralatan pemasangan yang lainnya dalam kondisi bersih, bebas dari tonjolan (burrs), dan ukurannya benar.
- Jangan membuka pembungkus bearing sebelum bearing tersebut siap untuk dipasang. Serpihan debu maupun kotoran lain yang masuk kedalam bearing sebelum dan selama pemasangan dapat menyebabkan noise dan vibration saat bearing bekerja.
- Jangan melakukan modifikasi apapun terhadap bearing. Bearings dibuat dengan toleransi yang sangat ketat untuk memenuhi tingkat akurasi yang tinggi. Sehingga, penting sekali untuk memperhatikan secara khusus terhadap hal-hal yang harus diperhatikan dalam menangani bearing.
- Pada proses pemasangan bearing ada beberapa metode pemasangan. Metode tersebut digunakan karena pada poros menggunakan suaian sesak. Metode ini dipilih disesuaikan sesuai posisi bearing. Hal tersebut dilakukan agar bearing tidak mengalami kerusakan pada saat proses pemasangan. Metode pemasangan bearing tersebut adalah metode paksa dan metode pemanasan.
Untuk metode paksa, disini menggunakan Special Service Tool (SST) Bearing. SST ini digunakan untuk menekan agar bearing tepat berada pada dudukan poros. Setelah sesuai bearing dengan dipukul menggunakan palu plastic.
Pada saat pemasangan bearing, perlu diperhatikan beberapa hal:
- Memasang bearing dengan menggunakan hammer dapat menyebabkan kerusakan karena tumbukan yang keras (sharp impacts).
- Pasanglah bearing dengan menggunakan alat press yang melingkar atau bentuk lain yang dapat menekan permukaan bearing dengan beban yang rata.
Pemasangan Bearing Metode Pemanasan (Heater):
Umumnya digunakan untuk bearing yang besar dan bearing dengan interference fit yang besar. Pemuaian panas pada inner ring membuat pemasangan bearing menjadi mudah. Pada metode pemanasan, bearing dipanaskan terlebih dahulu pada temperature yang telah disesuaikan. Jika tidak, akan terjadi perubahan pada bearing yang dipasang. Metode pemasangan dengan cara dipanaskan ini tidak boleh digunakan untuk bearing yang menggunakan pre-greased dan sealed bearings atau shielded bearings
Prosedur pelaksanaannya adalah: .
- Merendam bearing didalam oli panas adalah cara yang paling umum.
- Gunakan oli bersih untuk pemanasan
- Masukkan bearing kedalam oli dengan dikaitkan dengan gantungan atau dengan dudukan menggunakan metal screen untuk mencegah bersentuhan dengan elemen pemanas.
- Suhu yang diperlukan memanaskan inner ring should tergantung pada jumlah interference fit dari permukaan bearing dengan shaft nya.
- Untuk mencegah adanya celah yang akan timbul antara inner ring dan shaft, bearing yang dipasang dengan cara panas terhadap shaftnya harus didiamkan dulu sampai dingin.
- Bearing tidak boleh dipanaskan lebih dari 120 derajat Celcius.
NACH SEKARANG ANE BERI CONTOH PEMASANGAN BEARING YG SEDERHANA
dimana para mekanik sangat kurang memperhatikan adalah
1.silinder penahan (D)
adanya silinder penahan ( pada gambar D) dimana silinder tersebut berfungsi untuk menjaga agar posisi bearing tidak berubah dan juga menahan jarak antara bearing dengan bearing agar tetap pada posisinya ( ukuran yang telah ditentukan )
2. pemasangan ring (hahaha .......gambar no lable ,,, antara c dan d )
dimana ring ini berfungsi menahan id ( inside diameter bearing ) bukanya untuk menahan seluruh body bearing
oleh karena itu ukuran ring tersebut harus disesuaikan dengan id / od bearing yang mau dipasang
untuk ukuranya
id ring = id bearing , sedangkan
od ring < od bearing
nach kalau semua componen sudah terpasang ( silinder dan ring ) pada tempatnya ...maka tinggal mengencangkan mur sesuai standart pengencangan ( ..... sak modarmu asal baute gk doll )
ok sampai disini kalo belum paham contact ane aja gan ...
itung" silaturahmi
belum lengkap kalo membahas cara pasang bearing tapi gk ada bearingnya ........
sekarang mari kita bahas bearing tersebut
Cara Membaca Kode Bearing
Seringkali kita kesulitan untuk menentukan bearing yang akan kita pakai untuk mesin kita, berikut akan saya bagi tips untuk membaca kode bearing matrik.
Untuk memudahkan dalam pemilihan bearing,
maka produsen bearing membuat standar ukuran bearing melalui kode tertentu.
Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai kode yang terdapat pada
bearing.
Pada bearing biasanya tertera kode kombinasi antara angka dan huruf. misalnya
pada bearing SKF yang tertera kode 6201 RS/C3 MT47. Kode tersebut tidak sembarang
tulis, karena ditentukan menggunakan standar ISO.
Kode Angka
· Angka Pertama
Angka pertama adalah kode untuk jenis
bearing. Perlu diingat bahwa bila kode pertama adalah angka, berarti
satuan yang dipakai merupakan satuan metrik,
sedangkan bila menggunakan huruf, berarti menggunakan satuan non metrik (inchi).
Daftar arti kode pertama (jenis bearing):
· Angka Kedua
Angka kedua merupakan kode yang menunjukkan jenis dimensi bearing, yaitu diameter, tebal dan tinggi.
· Dua angka berikutnya, yaitu angka ketiga & ke-empat
Merupakan kode untuk ukuran diameter dalam bearing tersebut. jika kode-nya 00
maka diameternya 10 mm , 01 maka diameternya 12 mm , 02 maka diameternya 14 mm
, 03 maka diameternya 17 mm. Mulai 04 sampai seterusnya tinggal di kali dengan 5
mm. misalnya 04 = 20 mm, 05 = 25 mm. dan seterusnya
Berikut tabel untuk beberapa ukuran bearing berdasarkan kode angkanya (matrik)
Kode
|
d
|
D
|
l
|
Kode
|
d
|
D
|
l
|
|
Bearing
|
Bearing
|
|||||||
605
|
5
|
14
|
5
|
625
|
5
|
16
|
5
|
|
606
|
6
|
17
|
6
|
626
|
6
|
19
|
6
|
|
607
|
7
|
19
|
6
|
627
|
7
|
22
|
7
|
|
608
|
8
|
22
|
7
|
628
|
8
|
24
|
8
|
|
609
|
9
|
24
|
7
|
629
|
9
|
26
|
8
|
|
623
|
3
|
10
|
4
|
634
|
4
|
16
|
5
|
|
624
|
4
|
13
|
5
|
635
|
5
|
19
|
6
|
|
Kode
|
d
|
D
|
l
|
Kode
|
d
|
D
|
l
|
|
Bearing
|
Bearing
|
|||||||
6000
|
10
|
26
|
8
|
6200
|
10
|
30
|
9
|
|
6001
|
12
|
28
|
8
|
6201
|
12
|
32
|
10
|
|
6002
|
15
|
32
|
9
|
6202
|
15
|
35
|
11
|
|
6003
|
17
|
35
|
10
|
6203
|
17
|
40
|
12
|
|
6004
|
20
|
42
|
12
|
6204
|
20
|
47
|
14
|
|
6005
|
25
|
47
|
12
|
6205
|
25
|
52
|
15
|
|
6006
|
30
|
55
|
13
|
6206
|
30
|
62
|
16
|
|
6007
|
35
|
62
|
14
|
6207
|
35
|
72
|
17
|
|
6008
|
40
|
68
|
15
|
6208
|
40
|
80
|
18
|
|
6009
|
45
|
75
|
16
|
6209
|
45
|
85
|
19
|
|
6010
|
50
|
80
|
16
|
6210
|
50
|
90
|
20
|
|
D = diameter luar
|
||||||||
d=diameterDalam
|
||||||||
l = lebar
|